Jumat, 20 November 2009

Dan Mendung pun Akan Sirna

Oh Tuhan…..mohon ampun,
Atas segala dosa,
Selama ini,
Aku tak menjalankan perintahmu,
Tak pedulikan larangmu,
Tenggelam melupakan Dirimu.....

Berulangkali ku mengadu kepadamu ya Allah.....di dalam kondisiku yang seperti sekarng ini. Penat....pengap....terkadang ku berangan-angan pada Allah untuk menambah waktu dalam keseharianku menjadi lebih lama lagi, lebih dari 24 jam pintaku. Namun apalah aku ini, sok sibuk saja. Haha......sekedar meringankan beban fikiranku, kutulis sesuatu yang sering membayangi langkah kemana ku pergi, bagaikan ekor yang berada di balik punggungku, dia terus membututi. Memang menjadi manusia yang mempunyai berbagai macam tugas pribadi serta di diserahkan kewajiban untuk menjalankan sekaligus berfikir ekstra di dalam organisasi dakwah kampus harus membuat diri ini selalu ”meng up-date” hal-hal baru. Biarlah kontong kering karena alur koordinasi, atau pun gizi yang tak menentu dengan tempe menjadi teman dari nasi, atau kerupuk saja yang bisa dinikmati dengan lahap, renyah. Belum lagi, akhir-akhir ini aku mencoba untuk menjadi pahlawan dalam keluargaku, menjadi sosok yang dirindukan jika ku pulang ke pangkuan bunda dan abah yang mencintai diri ini. Nangis rasanya jika pulang dan bercerita tentang kegiatan-kegitan yang tengah kujalani, sepertinya kampus menjadikanku melupakan mu ibu. Belum lagi adik yang kunantikan kecerdasannya untuk menjalani sekolah yang baru. Jenjang yang lebih tinggi dan membutuhkan motivasi serta ”deadline”,

”kamu harus bisa menembus rintangan itu”

Ya......saling bertukar pikiran pada adikku menjadikan ku selalu teringat ketika dalam keadaan lemah.

”Ah....adikku menantikan bimbingan dari seorang kakak yang gagal dalam melanjutkan studi di tempat yang diinginkannya”
”kau harus bisa...” doaku lirih

indahnya ketika masih bisa bertemu sama keluarga, bercengkerama....bercandan ria..dan curhat sok manja pada bunda menjadi kegiatan wajib tiap mingguku...kapan lagi ku tidak seperti ini jika tidak ku manfaatkan perjumpaanku sebelum kematian datang menjemput salah satu dari kami. Namun ku berharap

”allah....tundalah ajal kedua orang-orang yang kucintai dalam keluargaku sebelum mereka melihat kesuksesan ku”

ketika itu, malam ahad. Seperti biasa ku di rumah. Ba’da isya’ ku sempatkan bertemu dengan bunda untuk berbincang-bincang keinginanku saat itu. Tentang apa ya......biasa masalah lelaki, namun bukan cinta, bukan persoalan seperti itu. Ada persoalan yang lebih tinggi, tentang masa depanku.

Teringat ketika ada training tentang mengelola hidup dan merencanakan masa depan karya seorang anggota DPR dari fraksi golkar, Marwah Daud Ibrahim yang merupakan sosok ibu yang cerdas dalam menrencakan hidupnya, saya mencoba menawarkan life mapping ku kepada ibu.

”Bu....”(panggilan kesukaanku)
”Kesini..saya ingin memperlihatkan sesuatu pada engkau”

sambil kubawakan selembar kertas plano hvs ukuran besar yang berisi perencanaanku untuk masa depanku. Segala keinginanku kutulis di dlam kertas itu. Gila rasanya dan sering jika ku memandangi kertas yang sekarang tertempel kencang di tembok kamar adikku, berdampingan dengan perencanaan hidup adikku, biasa kami memang saling bertukar pendapat dengan adik dan adikku selalu meminta nasehat ketika diriku pulang. Sehingga, kamar kecil dalam rumah sederhana di ujung desa menjadi kamar ku dan adikku.

Hem......bukan untuk menyalahi atau mendahului takdir, namun untuk merencanakan mau jadi apa ku ini. Padahal sudah kepala dua usiaku sekarang ini, dan sudah harus direncanakan kemana tujuanku nanti.

”Bu...ini ada perncanaan yang telah kutuliskan, dan ini insyaallah akan kucapai dalam hidupku, saya besok akan memulai usaha kecil-kecilan, juga sudah mengajar sebagai sambilan ku untuk mengumpulkan uang untuk menambah saku, maka sekarang sudah saja ibu mensuplai saya, atau saya dikasih setengahnya saja, adik membu0tuhkan banyak dana untuk sekolah ke sma, juga butuh komputer untuk mendukung belajarnya”

melayang jauh pikiranku saat itu, dalam fikirku sempat terbayang

”berani-beraninya aku menyakiti hati ibu dengan hal itu, apa-apaan ini, apakah hati ibu seakan-akan seperti tertusuk panah dengan pembicaraanku tadi, ataukah merasa bangga bahwa aku akan memulai belajar mandiri”, ya allah...kuatkan hati kami, istiqomahkan kami terhadap perkataan-perkataan yang bolak-balik keluar tidak terkontrol ini”

hem............boleh juga perencanaanku, gila rasanya jika membaca tulisan yang berukuran 24 time new roman dengan spidol snowman hitam jelas, yang sekarang masih terpampang mudah dilihat orang ketika masuk kamar adikku. Merinding jadinya, dan terus terbayang

”apakah benar aku bisa menepati janjiku ini..”

menjadi pria itu tidak semudah wanita, karena dituntut untuk baik dalam manageman hidupnya, ketika salah langkah ya...tunggu saja hasilnya. Maka butuh perencanaan yang matang untuk kuliah sambil menjemput maisyah dan mereangkul aisyah, hehe....tu tertulis dalam program kerjaku, itulah organisasi hidupku. Life mapping, aku matupun saya tuliskan, dimana dan dalam kondisi bagaimana telah jelas tersurat, tidak hanya tersirat saja. Agar selalu ingat saja ketika dalam lamunan yang tidak membuatu hidupku lebih hidup, kan kupandangi engkau life mappingku.....(aku terharu..)

kuliah......menjadi kebiasaan sehari-hari, makalah, laporan praktikum menjadi konsumsi di fakultas yang sangat saya cintai. Di sela-sela itu, tetap ku berfikir

hoi......ayo menjadi fighter sejati, mujahhid betulan bukan boongan, bukan hanya sekedar jenggot dan gamis saja, namun tingkah laku dan segala hal amal perbuatan haruslah sesuai dengan perintah Rasulnya...saya pria, sudah dewasa..maisyah harus segera di jemput...wong sudah dijatah dari atas sana..dan sudah bukan menjadi tanggungan orang tua lagi, ayo..mandiri........tu aisyah sudah menunggu.” inilah kalimat motivasiku.

belum lagi organisasi yang mensibukkan jam terbang kuliah, wah jika itu di tulis satu-satu akan panjang sampai monas kali....atau melewati sumatera dengan kapal feri super cepat dan tidak akan berhenti dipulau ”we”, ya pulau ”we” pulau yang menjadi kenangan ku ketika SD di desa

”anak-anak..” Kata guruku,
”pulau yang menjadi pembatas lintang utara indonesia”, tidak tanggung-tanggung pulau ”we”, langsung secepat kilat terucap dari wajah-wajah polos.

Pembagian tugas dan tubuh untuk segala hal menjadi sosok menakutkan bagiku, semua harus terselesaikan. Namun tak apalah, asal bermanfaat bagi kehidupan ku yang akan datang, sebagai modal terpendam untuk beradaptaasi menjadi orang baru dikala ku telah menjadi bapak betulan nantinya. Dan ini tidak membuatku patah semangat, saya buka buku shirah nabawiyah karangan syaikh safururahman al mubarakfury dan terbaca saat-saat Rasulullah SAW harus sendiri setelah ditinggal meninggal ibu kandungnya dalam masa kecilnya, yang kemudian di asuh oleh kakaknya abdul muthalib yang kasih sayangnya dilebihkan dari pada kepada anak-anaknya, dispesialkan perlakuan kepada Rasulullah saw. Betapa hinanya diriku ini ketika harus berkeluh kesah dengan keadan yang tidak seberapa dibandingkan dengan keadaan idolaku, Rasulullah SAW,

ah...tidak seharusnya ku begini ku harus berubah!!!!

Teringat pula ketika para ustadz ditempat belajarku bercerita tentang perjuangan para ulama yang sungguh melampaui batas kelelahan,

”Antum itu.....gitu saja sudah mengeluh, gimana...mau jadi mujahhid sejati kok tidur dan g semangat belajar di kelas”
”lihatlah para ulama-ulama dulu, mencari satu hadits saja dan menanyakan jalur periwayatan untuk diketahi shohih atau tidaknya mereka lewati dengan berjalan kaki, berkuda, bukan hanya satu atu dua jam, sehari..seminggu....”

betul...selama ini ku berkutat dalam maslahku, tidak cepat bergerak untuk mencari perubahan.

”Solusi yang kita inginkan, bukan masalah yang baru” teriakan trainer untuk memotivasi peserta training.

Kuliah...organisasi...ngaji...dan kerja sekarang menjadi prioritas hidupku, juga birul walidain tidak akan kutinggalkan. Terserah teman-teman bilang kepada ku anak manja, anak mama karena setiap seminggu sekali aku pulang untuk menunjukan wajah ceriaku kepada bunda tercinta lepas dari fikirku, yang penting dan tetap ku pegang ialah selama orang tuaku masih hidup aku tetapa kan berbakti dengan sepenuh hati, itu orang tuaku, yang melahirkan ku, menyusuiku.

”Mau jadi apa besok.....”
jika ada pertanyaan seperti itu akan kujawab lantang

”tahukah kamu akan abdurrahman bin auf, yang ditawari berbagai macam kemudahan ketika hijrah dari makkah ke madinah, ditawari tanah, istri, namun apa kata abdurahman bin auf, tunjukkan dimana letak pasar di kota ini” aku adalah abdurahman bin auf masa kini

atau..
sosok umar ibnu abdul aziz modern, yang dapat mensejahterkan rakyatnya dengan pemikiran cerdasnya. Rakyat tidak ada yang sengsara, bahkan umar ra menjadi bingung kok tidak ada warga yang mau menerima zakat disini, kok tidak ada warga miskin lagi. Saya juga bisa menjadi elang, yang sorot matanya tajam tepat pada sasaran, bukan mangsa filosofinya, namun pandangan jauh kedepan yang menjadi pelajaran bagi kita semua.

”Hem....buat apa ku melamun saja....tidak ada gunanya tetap berpusing dengan keadaan ini, aku punya Allah yang selalu terkait dalam hatiku, aku punya jiwa-jiwa Rasulullah, dan para mujahid sejati, ada banyak teman”

dan Allah tidak akan memberikan cobaan kecuali hamba itu mampu menaggungnya, dan saya sakin akan hal itu...

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (al-baqoroh 286)

”Rabbi...., Engkau tuhanku dan akulah hambaMu”, saya yakin ujian ini akan membuatku lebih dewasa dalam mengambil segala keputusan hidup ini, dan saya yakin Engkau memberikan berbagai macam hikmah di balik pahit dan manisnya hidupku, aku tahu....diri ini banyak dosa dan ujian itu sebagai penghapus dosa, sakitku, pusingku, menjadi penawar dosa yang pernah kulakukan, dan ini tidak seberapa saya kira dengan ujian yang Engkau tujukan kepada umat terbaikmu dulu para slafussholeh yang membawa risalah kenabian, menghadapi ancaman kematian menjadi menu mereka sehari-hari”

basah sudah air mata mengalir lembut membasahi pipi, hidung tersumbat, mulut tidak bisa berbicara selain curhat akan kondisiku. Menjadi pria cengeng....apa gak boleh???

Hari-hari ku lalui dengan pikiran kocar-kacir tanda ketidak istiqomahan, juga tanda keluhan...namun wajar bagi orang yang baru belajar beradaptasi menjadi dewasa ini. dalam kuliah pagi itu, disuruh sama ustadz yang ku kagumi dan memang layak dikagumi oleh jamaah pengajian di penjuru dunia jika perlu. Sosok yang seringkali membuat ku terinspirasi akan hidup ini. beliau membawakan pelajaran dengan sangat menawan, membuat hati kami terbeli. Biasa tugas mingguan, menghafal ayat-ayat pilihan dan pas pada ayat al-baqarah 214

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-baqarah 214)

Rasul dan para sahabat juga diuji sampai pada kondisi yang membuat mereka menanyakan “bilakah datangnya pertolongan Allah”, artinya mereka dalam kondisi yang sangat terhimpit sekali, terpojokkan dan mungkin kalau kita sekarang frustasi jika menghadapi ujian itu. Maka apa kata Allah “?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”

Mendung itu akan sirna seiring berhembusnya angin yang membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi orang-orang yang tetap sabar dan berpegang teguh kepada keyakinannya. Dan sekrarang, mendung hitam dalam hatiku telah kubiarkan melayang bebas ketempat yang dia sukai, dan tidak kubiarkan dia kembali kedalam tubuh yang merindukan kedamaian ini. dan aku, telah merasakan hal itu.

”mendung, selamat menempuh perjalanan kehidupanmu, tidak kuridhoi jikalau engkau membuat hati teman-temanku gundah dan gelisah akan kehadiranmu,
mendung, jadilah sosok seperti mentari dengan hangat sinarnya di pagi hari,
menyapa rerumputan ”hai.....rumput, ku datang dengan kehanagatan”

mendung-pasti-akan-berlalu-

wening Nurhadian-ditulis ketika masih menjadi santri PP Takwinul Muballighin Yogyakarta, ruang 4 yang bersejarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar