Minggu, 03 Januari 2010

etiolasi

Etiolasi (perjalanan mencari cahaya/ petunjuk)
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal dengan adanya pergerakan batang untuk tumbuh menuju arah datangnya cahaya. Pergerakan ini dikenal dengan istilah etiolasi, artinya dimanapun tumbuhan itu tumbuh, baik di ruangan atau di tempat terbuka pasti melakukan pergerakan ini-menuju arah datangnya cahaya-. Sungguh betapa besar keagungan Allah SWT untuk menunjukan betapa besarnya ke Maha Kuasa nya, semua menjadi pelajaran bagi orang yang berfikir. Konsep etiolasi ini mempunyai filosofi yang menarik untuk di kaji bersama. Etiolasi melibatkan tiga hal penting, cahaya sebagai tujuan, batang tumbuhan sebagai subjek pergerakan dan hormon untuk kemaksimalan seberapa cepat tumbuhan itu bergerak. Ketika diibaratkan dengan manusia, maka cahaya ialah hidayah Allah atau jalan yang benar, batang sebagai seorang muslim, dan hormon sebagai semangat untuk menuju cahaya hidayah itu. Lantas ada sebuah pertanyaan, tumbuhan yang memiliki keterbatasan dalam banyak hal dibandingkan dengan manusia, ternyata memiliki ketaatan terhadap perintah sang penciptanya. Artinya, ketika tumbuhan itu tidak melakukan hal tumbuh untuk menuju cahaya, tumbuhan akan merasakan penderitaan, bagaimanakah dengan manusia?? Seberapa jauh ketaatan dengan Allah sehingga dengan ketaatan tadi manusia tidak bermaksiat kepada Allah swt. Manusia sudah dikaruniakan akal sebagai pembeda dengan makhluk lain, bahkan dengan malaikat manusia bisa lebih tinggi derajatnya, atau dengan binatang, manusia bisa menjadi lebih rendah derajatnya karena akal juga.
dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (al-a’eaf 179)
mestinya, manusia perlu belajar banyak dari tumbuhan tentang taat terhadap perintah Allah SWT, mencari cahaya/ petunjuk yang diberikan Allah SWT dalam melangkahkan kakinya untuk menyelami kehidupan. Ketika tumbuhan tidak mendapatkan cahaya, maka ia akan berusaha terus untuk mendapatkannya, meskipun ia harus memutar balik arah pertumbuhan batangnya, yang mungkin mengganggu kestabilan hidupnya. Hal ini senantiasa dilakukan, bagaimana dengan manusia, apakah akan menyerah begitu saja ketika terjadi pergolakan fluktuasi iman/ naik turunya iman? Ketika iman sedang turun, ap yang dilakukan mansuia, apakah mencari kesibukan untuk membangkitkan iman atau membiarkan sampai ada yang mengingatkannya Atau harus di tambah dengan “pupuk” untuk membangkitkan imannya, lantas jika yang dibutuhkan manusia sangatlah rumit yang hanya ditujukan untuk mencapai satu hal saja-tetap berada dijalan-Nya-, begitu sombong dan malaslah manusia. Bagaimana mungkin alasannya ialah kemalasan, atau ketidaksempatan karena padatnya aktifitas hidup untuk senantiasa mendekatkan diri kepada petunjuk Allah SWT, Allah telah memberikan banyak kesempatan dari waktu atau hal lainnya, semua gratis untuk manusia. Namun, berapa banyak di dunia ini, manusia yang dapat menggunakan waktu yang telah diberikan untuk semakin mempercepat laju “etiolasi” kepada Allah SWT. Maka perlulah falsafah ini di pegang untuk menunjukan bahwa manusia itu memang makhluk yang sempurna.

Jumat, 01 Januari 2010

ciri mukmin

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (Al-Mu’minun 1-10)
Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk jalan bagi orang beriman, yang di dalamnya terkandung luasnya ilmu untuk dipelajari dan kemudian untuk di amalkan dalam keseharian, di dalamnya pula terkandung beragam kisah-kisah yang tepat untuk bermuhasabah (instropeksi diri), sejarah bangsa-bangsa yang dimusnahkan, kaum-kaum pendusta, ramalan kejadian yang akan datang, indahnya surga dasyatnya neraka, serta beragam cerita-cerita aqidah, fiqih, sosial, politik yang dapat dijadikan sebagai referensi tertinggi, asas tunggal untuk kehidupan sejahtera manusia di bumi. Penafsiran salaf yang telah dikembangkan oleh ulama-ulama sekaliber ibnu katsir, dan juga ulama-ulama kontemporer semisal ibnu Taimiyah yang membawa gerakan tajdid purifikasi Islam, dan juga kepada ulama besar seperti Syaikh Utsaimin, semakin membuka cakrawala indahnya nilai-nilai keislaman. Tidak ketinggalan Prof. Dr. Hamka meneruskan jejak jalan para pewaris nabi dengan menuliskan karya besar Tafsir Al-Azhar, wujud cinta nya kepada Allah, RasulNya dan ajaran islam untuk senantiasa menjadi pegangang hidup sampai akhir hayat nantinya. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih besar kepada para pewaris nabi di dunia ini.

Al-qur’an menerangkan sifat-sifat orang mukmin
Surat al-Mukminun 1-10 menggambarkan tentang ciri-ciri orang mukmin. Acuan dalam penentuan standar orang mukmin dapat diambil dari ayat ini, dan bagi kehidupan manusia di dunia, kriteria sebagai seorang mukmin sulit untuk di dapatkan. Karena terkadang sesuai dengan ciri yang satu, dan belum bisa mengamalkan ciri yang selanjutnya. Inilah yang semestinya menjadi tugas harian setiap muslim, untuk senantiasa mengkoreksi dirinya apakah sudah tepat disebut dirinya seorang mukmin (beriman), namun ciri orang beriman itu tidak melekat pada dirinya. Ada beberapa kriteria untuk disebut sebagai orang yang beriman. Hal ini di dasarkan pada surat al-mukminun ayat 1-10.
....(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya (sholatnya)....
Sholat adalah tiang agama, barang siapa bagus sholatnya insyaallah bagus dalam perbuatan kesehariannya. Tolok ukur sholat yang benar-benar sholat tidak sekedar dalam lamanya berdiri atau seringnya sholat, memang ini merupakan salah satu ciri dari kualitas sholat, namun yang paling sulit dilakukan muslim ketika sholat ialah khusuk. Ibaratnya, sebagaimana disampaikan dalam hadits arba’in nawawiyah bab kaidah-kaidah islam, dalam tema ihsan. Ketika malaikat Jibril as bertanya kepada Rasulullah Muhammad saw tentang ihsan, maka Rasulullah Muhammad saw menjawab “ beribadahlah engkau kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya, meskipun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu”. Inilah kualitas sholat yang dapat menjadikan orang itu khusyu’. Khusuk akan menjadikan baik akhlaqnya, karena sholat itu mencegah perbuatan yang keji dan munkar. Seandainya ada muslim yang sholat, namun dalam kesehariannya terlihat kadang atau sering melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan ciri-ciri orang muslim, seperti kebiasaan berdusta, ghibah (membeberkan aib/ keburukan orang lain), tidak pas ketika disalahkan sholatnya. Yang melaksanakan sholat itulah yang perlu dikoreksi, apakah sholat yang dijalankan muslim itu sebatas menggugurkan kewajiban atau karena kecintaan. Seandainya hanya sebatas penggugur kewajiban, maka dapat dikatakan sholat itu terpaksa dilakukan. Sehingga efek dari sholat itu tidak ada, namun ketika sholat karena kecintaan atas Allah, insyaallah balasan Allah yang lebih besar akan segera didapatkan.
.......Orang yang menjauhkan diri dari (perkataan dan perbuatan) yang tidak berguna.....
“......barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,hendaklah berkata baik katak atau diam.....”(HR Bukhori Muslim). Lidah lebih tajam dari pedang, begitulah pepatah menerangkan sifat lidah. Ketika salah dalam melakukan pengelolaan dengan lidah, maka dapat tunggulah kehancuran. Banyak fakta yang menyatakan demikian, hanya karena ucapan, perkelahian antar pelajar, masyarakat, mudah terjadi. Padahal perkataan yang disampaikan terkadang hanya semacam canda saja, namun efek dari perkataan itu menjadi besar karena pengelolaan lidah yang tidak semestinya. Keluarga yang broken (KDRT) juga salah satunya disebabkan lidah, kasus perceraian pun bisa terjadi karena lidah. Mengelola lidah dan perbuatan setiap muslim perlu untuk dilakukan, bagaimana tidak. Seandainya satu kampung saja tidak bisa dalam mengendalikan lidah dalam pembicaraan, ngalor-ngidul, ghibah menjadi keseharian, fitnah dan dusta sudah menjadi kebiasaan maka dampak dari itu sangat memprihatinkan. Kesopanan semakin hilang, rasa saling menghargai akan luntur dan berakibat jiwa sosial-pun akan punah. Ditambah dengan perbuatan yang tidak mencerminkan nilai-nilai islam, dalam berpakaian yang masih menampakan apa yang seharusnya ditutupi (aurat), agar dinilai tidak kuper, sehingga mode berpakaian, berkata-kata menjadi “tuhan” dalam hidupnya, maka terjadilah penamaan generasi meletan yang kosong akan keimanan dan semangat tajdid (pembaharuan) untuk kearah yang lebih baik. Oleh sebab itu dari pada membicarakan hal-hal yang mubadzir, lebih baik menghafal al-qur’an, memperbanyak dzikir, merenung tentang keadaan umat islam. Kegiatan seperti ini akan semakin membuat waktu seorang muslim habis untuk memikirkan keadaan umat islam. Lakukanlah...!!!
.......Orang yang menjaga kemaluannya.......
Beberapa bulan lalu, indonesia dihebohkan akan kedatangannya aktris film porno dunia yang rencananya akan bermain film di Indonesia. Ada yang mengatakan tidak masalah datang di Indonesia, dan adapula yang keberatan tentang kedatangannya di Indonesia. Sebagai seorang muslim yang hidup di Indonesia perlu berfikir matang untuk menghadapi hal ini. Apa alasan untuk menolaknya dan apa alasan untuk dapat menerimanya. Perlu diketahui bersama bahwa adat orang timur adalah kesopanan, dan adat (budaya) muslim adalah salah satunya dalam hal menutup aurat. Nah, ketika ada “makhluk asing” yang akan bertamu di negara kita, sedangkan dalam keseharian sudah terlihat jelas memiliki sikap tidak etis bagi budaya timur dan islam, membuka dan memamerkan auratnya, apakah kita akan menerima dengan tangan terbuka. Jika sebagai seorang muslim kemudian menjawab iya, dengan dalih semoga setelah di indonesia akan bertobat dari perbuatannya, sepertinya jawaban itu “sangat baik” bagi yang merasa bersaudara atau satu organisasi dengan jin dan setan yang merusak. Zaman sekarang semoga tidak sulit untuk menemukan pemuda/i yang taat dalam hal menjaga kemaluan, pandangan, perkataan yang menjauhkan dari perbuatan zina, entah zina ucapan, pandangan, pendengaran, hati, kemaluan, dll. Semoga itu adalah kita, keluarga kita, masyarakat kita, negara kita dan umat muslim. Namun apakah betul demikian. Maka dengan kondisi semacam ini, patut lah bagi setiap muslim untuk saling mengingatkan dan menasehati dalam hal kebaikan dan kesabaran pada diri sendiri, dan orang lain. “Ballighu ‘anny, walaw ayah” sampaikannlah dari ku walau satu ayat.
....Orang yang menjaga amanat dan janjinya.......
Suatu ketika, imam ghazali bertanya kepada muridnya “apa yang paling berat” dan murid-muridnya menjawab, “baja, besi, gajah” imam Ghazali pun menjawab yang paling berat ialah memegang amanah. Hal ini segabaimana telah dijelaskan dalam al-ahzab 72
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat (tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh (al-ahzab 72)
Amanat bukanlah sekedar barang titipan saja. Namun butuh pengorbanan untuk mengelolanya, hal inilah yang terkadang terlupa. Mengelola amanah agar amanah itu berkualitas, kalau perlu berkembang. Seperti di beri amanah menjadi ketua organisasi, amanahnya tidak sekedar membuat organisasi itu berjalan saja, akan lebih penting ketika bisa mengembangkan organisasi itu untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Inilah yang kemudian menyita fikiran hamba Allah, sehingga memang, benarlah kata imam Ghazali, amanah lebih berat dari pada apapun. Bahkan makhluk Allah yang berupa gunung tinggi menjulang pun, menolak untuk memikul amanah ini. Bagi manusia, bisa menjadi manusia istimewa ketika bisa mengelola amanah yang ada, dan bisa menjadi manusia durhaka ketika lupa akan amanahnya. Selain amanah, permasalahan janji merupakan permasalahan yang besar. Tidak tanggung-tanggung, janji mempunyai sangkut-paut dengan ciri-ciri orang munafik. Maka dari itu, perlu berhati-hati dalam berjanji. Ketika janji telah terucap, namun lupa akan janji itu, minimal ada beberapa cap merah bagi pembuat janji, yakni dusta akan janjinya, ingkar akan janjinya, dan tidak amanah terhadap ucapannya (janjinya)
........dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya(shalatnya)....
Sholat bagi muslim biasa adalah yang pada waktunya, sedangkan sholat bagi muslim yang istimewa ialah yang tepat pada waktunya. Artinya, tepat pada awal waktu dan tepat memposisikan diri untuk senantiasa konsisten berjamaah ditempat mulia yang telah dituntunkan, masjid. Seandainya dikatakan berat untuk melakukan hal ini, perlu koreksi dengan tekad sebagai seorang muslim. Apakah karena tidak mampu untuk melakukannya ataukah tidak mau untuk melakukannya. Seandainya tidak mampu karena beberapa macam alasan syar’i, seperti hujan deras, sakit, ada ancaman jika ke masjid di aniaya, didzolimi, atau sampai dibunuh, dll tidak masalah. Namun ketika alasannya sibuk terhadap pekerjaan, jauh dari masjid, silahkan, namun untuk sisi pahala Allah yang berhak menentukan. Pahala jamaah dan munfarid, yang jelas pahala jamaah lebih besar beberapa derajad dari yang munfarid. Memelihara sembahyang secara konsisten secara jamaah dan di masjid sebenarnya tidak begitu sulit, ketika telah ada tekat dalam hati untuk tetap berjamaah di masjid, maka itu akan mudah dilakukan. Dorongan dari dalam untuk senantiasa mencari ridho Allah inilah yang menjadi motivasi. Allah lah yang akan menilai kekuatan motivasi seorang muslim yang nantinya akan dimasukan dalam buku prestasi di akhirat nanti sebagai bukti tentang konsisten untuk menuju kepada kriteria muslim yang diharapkan. Hal yang biasa dan jarang orang melakukannya, menjadi luar biasa dan istimewa di mata Allah SWT, apakah tidak rindu?
Saatnya evaluasi, sebelum terlambat
Baru beberapa hari seluruh dunia melewati tahun 2009 menuju 2010, ketika kita ingin maju dan lebih baik dari dahulu, 2010 ingin lebih baik dari 2009, berarti kita harus melakukan koreksi. Sederhana saja, dalam ke-empat kriteria yang telah di sebutkan diatas akan menjadi bahan koreksi atau tidak itu diserahkan kepada setiap muslim, namun Allah telah menjelaskan dalam al-qur’an tentang ciri-ciri orang mukmin. Bagaimana dengan kita? Sudahkah menjadi mukmin yang di idamkah?, kapan untuk bisa menjadi mukmin yang diidamkan? Semua belum terlambat. Mulai dari sekarang juga, selamat berjuang!!!