Rabu, 16 Desember 2009

falsafah hijrah

Falsafah hijrah
Ketika mendengar kata “hijrah”, sesaat yang terekam dalam pikiran kita ialah pindah, kemudian dikaitkan dengan perstiwa hijrahnya nabi Muhammad saw dari makkah menuju madinah. Peristiwa ini kemudian diangkat menjadi tema besar tatkala masyarakat berbondong-bondong mendatangi pengajian menyongsong malam 1 hijriyah, meskipun dilihat dari sejarah hidup Muhammad saw, hijrah terjadi pada tanggal 27 Shafar tahun 14 kenabian sebagaimana dituliskan oleh syaikh shafiyurrahman al-mubarakfury dalam bukunya shirah nabawiyah, bukan malam 1 Muharram. Hijrah secara bahasa berarti pindah atau berubah, berarti ketika dilihat dari makna bahasa, “pindah” dapat disederhanakan bahwa hijrah ialah bergerak dan mempunyai tujuan, kemudian “berubah” dapat diartikan sebagai proses untuk melanjutkan perintah dakwah, merubah masyarakat ditempat tujuan untuk mengikuti aturan Allah yang disampaikan melalui lisan Rasulullah Muhammad saw. Kondisi Makkah lah yang menjadi salah satu penyebab nabi berhijrah, karena di makkah untuk melaksanakan dakwah terhalang dengan adanya permusuhan oleh kaum quraisy yang senantiasa membenci terhadap aktivitas Nabi Muhammad saw sehari-hari, dan sungguh kebencian kaum quraisy saat itu bukanlah karena iri dengki karena harta, status sosial, dan kewibawaan lainnya. Melainkan karena dakwah mengajak kepada agama tauhid itu yang menjadi permasalahan besar, karena masyarakat waktu itu meyakini tuhan lata, uza, manal, dll sebagai penolong, pelindung, tempat meminta dan lainnya, padahal mereka mempercayai Allah juga.
Fenomena hijrah ini dapat diambil hikmah dalam beberapa macam sudut pandang. Dalam kondisi sekarang ini, tak jarang apa yang dipandang dihadapan kita ialah semerbaknya kebudayaan yang “minim kesopanan”, pemikiran dengan dasar “kebebasan” sehingga yang terjadi ialah “kebablasan” dll. sebenarnya ketika dijabarkan masih terdapat beberapa hal yang perlu untuk dihijrahkan-dipindah dan dirubah-. Gambaran kondisi masyarakat sekarang ternyata mirip dengan kondisi masyarakat jahiliyyah makkah ketika nabi lahir sampai di utus menjadi rasul untuk melakukan perbaikan. Dapat disaksikan, kemaksiatan dari level bawah sampai peringkat wahid (kesyirikan) mudah untuk ditemukan. Ketika di kota yang terlihat ialah fenomena budaya barat yang memang modis tapi tidak logis bagi budaya ketimuran atau islam, contoh kecil dalam berpakaian-memamerkan apa yang sebaiknya ditutupi-, dalam pergaulan-mendekati apa yang seharusnya di jauhi (pergaulan bebas)- ketika di pelosok desa, fenomena penyembahan terhadap hal-hal mistis masih ditemui. Pohon keramat berselubungkan kain mori (lawon), sesaji dapat dijumpai di tempat-tempat yang dikatakan keramat. Astaghfirullah...kenapa yang dulu sudah terjadi masih saja terulang. Instrospeksi diri terhadap fenomena ini perlu untuk ditingkatkan.
Inilah yang kemudian diharapkan untuk dipindah dan diubah. Dalam perspektif islam yang berpedoman kepada al-qur’an dan hadits nabi, sederhana saja bahwa manusia itu mempunyai aturan-aturan yang telah rinci terdapat dari 2 pegangan itu. Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh
dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah-ku."
Diriwayatkan oleh Hakim (I/172), dan Daruquthni (hadits no. 149). Diriwayatkan
oleh Hakim (I/172), dan Daruquthni (hadits no. 149. Mudahnya, pindah dan berubah kepada yang telah diatur dalam al-qur’an dan as-sunnah (hadits), tidak hanya pindah dan berubah secara fisik saja-transmingrasi, urbanisasi, dll- namun secara maknawi/ hakekat masih sama seperti keadaan semula. Ketika dimungkinkan untuk hijrah fisik pun tidak masalah, asalkan hijrah-pindah- dengan tujuan jelas, untuk perbaikan dalam hal kebaikan.
Pelajaran yang berharga dari peristiwa hijrahnya Rasulullah Muhammad saw, sebuah konsep perubahan yang telah diusung oleh teladan mulia sepanjang zaman. Konsep yang diawali ketika melihat masyarakat jahiliyyah yang mempunyai aturan sewenang-wenang, diteruskan dengan perenungan dari bukit yang bersejarah, dan dilanjutkan dengan dakwah sembunyi sampai terbuka, pemboikotan, sampai beliau hijrah untuk menuju tempat baru untuk memulai membidik hal baru, memperbaiki masyarakat dan menngkonstruk segala aspek masyarakat madinah. Sehingga yang tercipta ialah masayarakat Madani, masyarakat dengan ideologi islam yang kemudian sebagai model masyarakat muslim kala itu, dan bahkan sekarang isu masyarakat yang berkembang ialah terbentuknya masyarakat madani (civil society), inilah yang dapat diambil pelajaran dari hijrahnya nabi Muhammad saw, ada yang berpindah dan berubah. Lantas, sebuah pertanyaan singkat, siapakah yang berperan untuk menghijrahkan kondisi masyarakat sekarang, atau yang lebih simpel, keluarga, kalau masih tidak kuat pribadi kita. Seandainya kesadaran untuk berhijrah-pindah atua berubah- terpatri pada diri setiap manusia, maka untuk menuju keluarga sakinah, masyarakat madani, dan bangsa negara sejahtera insyaallah tidak hanya dalam mimpi saja, PR sekarang memperbanyak simpatisan untuk mewacanakan hijrah ini, walaupun sekedar wacana, namun dari wacana dapat membangkitkan aksi, entah kapan yang penting sudah ada niat dan gambaran untuk melaksanakan falsafah hijrah.

Jumat, 20 November 2009

THAIFAH MANSURAH

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah.

Banyak hal yang terjadi dan dapat dirasakan oleh umat muslim dewasa ini. perkembangan zaman yang semakin menjadikan idealisme untuk berkomitmen terhadap nilai-nilai islam semakin pudar bagi sebagian umat islam. kemajuan teknologi juga berdampak dua hal, positif dan negative. facebook contohnya, dapat membawa kepada kemaslahatan dan juga kemadharatan. sehingga umat islam dianjurkan untuk peka terhadap situasi dan kondisi yang ada, berani mengambil keputusan dengan kaidah luhur nilai-nilai islam yang tepat ketika di tabrakkan dengan permasalahan riil dalam kehidupan, terkadang masih dikesampingkan. takut akan dikatakan sebagai orang yang fundamental, asing, karena berbeda dengan adat dan budaya setempat menjadi problematika yang perlu segera dicari solusi untuk diselesaikan. memang berat bagi para perindu kehidupan secara islami dalam semua aspeknya, dari berpakaian, perkataan, pergaulan, dan tidak hanya masalah pribadi saja yang diatur, namun semua permasalahan dari buang air sampai masalah kepemimpinan semua ada landasannya. Memang inilah agama yang paling hak dan yang paling benar, dan inilah yang mestinya diyakini oleh umat muslim di antero dunia. Menjadikan islam sebagai satu-satunya system yang paling pas untuk perbaikan dan membawa kemaslahatan dalam perjalanan kehidupan.
Memang, keberadaan orang islam yang benar-benar atau berkomitmen terhadap nilai-nilai yang dikandung dalam ajaran islam itu tidaklah sebesar pemeluk agama islam secara keseluruhan. Fenomena ini menjadikan sedikitnya ajaran-ajaran islam yang belum banyak dikenal menjadi bahasan tabu atau tidak umum bagi kalangan tertentu, saehingga terkadang masyarakat yang belum mengetahui atau mengenal ajaran islam yang juga berlandaskan qur’an dan sunnah tersebut, diangganggap itu adalah ajaran baru, dan orang-orang yang membawa “ajaran baru itu” di nodai dengan bahasa-bahasa yang tidak layak bagi dirinya. Misalkan adanya sekelompok orang atau perorangan yang berjenggot, sholatnya di masjid, sering ta’lim (pengajian) mingguan maka dikatakan orang fundamentalis, atau orang islam (perkumpulan ormas islam) yang meneriakkan panji-panji jihad melawan zionis Israel, dikatakan sebagai orang radikal, tidak berperi kemanusiaan, adalagi bagi perkumpulan masyarakat islam yang mendukung disahkannya RUU APP waktu lampau diberi julukan tidak mempunyai kreativitas seni, membatasi gerak seni budaya, dan berbagai macam penamaan yang lain. Padahal, sebagai seorang muslim yang telah mengakui keislamannya semenjak di kandungan, di rahim ibu sunyi tenang yang telah mengucapkan kalimat persaksian bahwa kami menyaksikan, meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang berhak kami sembah, tiada tempat bernaung selain kepadanya, secara otomatis muslim telah melakukan ikrar janji setia untuk taat kepada perintah Allah SWT dalam hal apapun. Tidak berat sebenarnya ketika pada jiwa seorang muslim telah tertanam ruh-ruh kecintaan terhadap Allah SWT dan merindukan perjumpaan kepadaNya di surga. Maka orang-orang yang senantiasa terlibat aktif dalam mempertahankan dan menjalankan ajaran islam secara utuh sampai akhir zaman inilah yang kemudian disebut dengan thaifah manshurah
siapakah Thaifah Manshurah?
Dr. Salman Al-Audah dalam bukunya yang berjudul Thaifah Manshurah, kelompok yang dijanjikan menuliskan sekitar 18 hadits yang menerangkan tentang siapakah thaifah manshurah itu, salah satunya ialah dari hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah as-Syami berkata : “aku mendengar Muawiyah dalam khutbahnya berkata : “wahai penduduk syam, telah bercerita kepadaku dari kaum anshar. Ia berkata, ‘Syu’bah (Zaid bin Arqam) berkata, Rasulullah saw bersabda : “akan senantiasa ada diantara umatku sekelompok orang yang tampil membela kebenaran, aku sangat berharap kalian adalah mereka, wahai penduduk syam” (HR Abu Dawud ath-thaylisi dalam musnadnya, Ahmad dalam Musnadnya : IV/369, ath-Thabrani). Dan juga hadits dari Imran bin Husein ra, rasulullah saw bersabda : “akan senantiasa ada di antara umatku sekelompok orang yang berperang membela kebenaran, menang atas orang yang memusuhi mereka, sehingga orang terakhir diantara mereka memerangi al-Masih Dajjal”, diriwayatkan oleh abu dawud, al-hakim, ahmad, dll. Lantas siapakah mereka itu, dan dimanakah mereka berada. Pertanyaan yang mungkin berada dalam fikiran kita semua, oleh sebab itu perlu diketahui karakteristik thaifah manshurah itu berdasarkan hadits yang shohih. Dengan adanya dasar yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan, insyaallah akan menjadi semagat baru untuk semakin menjadi bagian dari thaifah manshurah.
Nabi menyebut kelompok ini dengan nama Manshurah yang mempunyai arti bahwa kelompok inilah berhak mendapatkan pertolongan dalam bentuk apapun, moral ataupun material secara cepat atau lambat, dan inilah kelompok yang dijanjikan oleh Allah SWT yang mempunyai karakterisitik berbeda dengan yang lain. Secara global, karakteristik kelompok ini ialah :
Karakteristik thaifah manshurah
1. senantiasa membela kebenaran
mereka berpegang teguh kepada agama yang haq, agama islam, berkomitmen terhadap kebenaran, tidak pantang dan tetap tegar ketika menerima tantangan. Mereka senantiasa inhern dengan kebenaran dan senantiasa mengikutinya, dan diantara aspek kebenaran yang dipegang teguh sehingga layak disebut thaifah manshurah ialah : istiqomah dengan aqidah, komitmen dengan sunnah rasulullah dan para sahabat, serta menjauhi pebuatab bid’ah dan pelakunya. Istiqomah dengan akhlaq yang bersumber dari konsep kenabian dan para sahabat, bersih dari hal-hal yang menuju kearah kefasikan, keraguan. Istiqomah dalam berjihad dengan harta, jiwa, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Istiqomah terhadap hal-hal yang menyebabkan kemenangan.
2. senantiasa melaksanakan syariat Allah SWT
artinya, penebar sunnah kenabian ditengah masyarakat, menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran baik dengan tangan, lisan, ataupun hati, memperbaiki sistem yang meyeleweng baik dari segi politik, ekonomi, sains, ideologi, dan mereka senantisa memperbaiki manusia. Menjadi perintis maupun penerus dalam segala amal kebaikan yang bisa dikerjakan. Tidak takut akan hantaman gelombang cercaan dan cacian, tetap teguh dan kukuh untuk tetap beristiqomah di atas jalan yang benar.
3. pembaru umat dalam urusan agama
ketika ajaran-ajaran islam menjadi asing di tengah-tengah kehidupan masyarakat akhir ini, mereka berusaha untuk menghidupkan kembali. Terjadi pembaharuan ketika ajaran-ajaran islam sudah mulai dihilangkan. Dalam pembaharuan ini akan sangat berat ketika dipikul oleh satu atau dua orang saja, namun mereka bersama-sama melaksanakan dengan satu tujuan, aktivitas pembaharuan ini atas semua aspek agama dan dikerjakan secara berkelompok (berjamaah), sehingga diantara mereka mempunyai ”job” yang berbeda pula, ahli hadits, ahli fiqh, zuhud, ahli strategi, dll. Dengan adanya beberapa bidang tersebut juga tidak menutup kemungkinan hanya terjadi dalam satu tempat saja, namun di seluruh penjuru dunia mereka berpencar untuk melaksankan kegiatan itu. Tentu saja disini terjadi berbagai maacam perbedaan antara para pembaharu itu, namun tidak menjadi masalah ketika landasan ideologi qur’an dan sunnah menjadi dasar dalam melaksanakan pembaharuan, hanya metode saja yang berbeda.
4. senantiasa muncul sampai hari kiamat
ada beberapa hadits yang menerangkan sebagaimana gambaran diatas, ”mereka senantiasa tampil hingga hari kiamat”(hadits Jabir bin Abdullah), juga dari hadits al-mughirah ”mereka senantiasa muncul sampai datang kepada mereka urusan Allah dan mereka senantiasa unggul”.
5. kelompok yang sabar dan tabah
sabar dalam beragama artinya kokoh, tidak pernah berpisah, dan tidak mundur selangkah pun. Disamping itu, menolak ketaatan kapada kaum kafir dan kaum munafik uang senantiasa berusaha memalingkan mujahid dari agamanya. Gambaran inilah yang diisyaratkan rasulullah SAW untuk mentebut hari-hari setelah generasi sahabatnya dengan sebutan ”hari-hari yang penuh kesabaran”, artinya komitmennnya generasi setelah periode sahabat dengan apa yang telah dilakukan pada periode sahabat, tentang keilmuannya, perilakunya, tujuan hidupnya, tidak lepas dari tuntunan yang telah disayariatkan. Contoh sederhana tentang berlepas diri dari keaatan terhadap kaum kafir, sebagai mana dalam firmannya
Hai nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, (al-ahzab : 1), juga dijelaskan dalam firman yang lain
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.(ali-Imran 149)
Akhirnya, kelompok inilah yang memiliki keistimewaan jauh dari kelompok-kelompok lainnya, siapakah yang berani menyebut dirinya sebagai bagian dari kelompok ini berarti berani untuk mempunyai beberapa sifat dalam kelompok ini pula, namun sebagai seorang muslim tentunya tidak perlu perlu mengklaim menyebut bahwa ”kelompok sayalah yang pantas disebut sebagai thaifah manshurah, kelompok yang lain buikan”, itu merupakan klaim yang dikhawatirkan bisa mengakibatkan perpecahan umat islam. Namun yang pasti, thaifah manshurah ialah kelompok yang tugasnya untuk kepentingan umat, berusaha semaksimal mungkin dalam menghidupkan ad-din al-islam sebagai sistem yang mengatur semuannya, serta membela dan memerangi musuh-musuhnya, dan semoga kelompok-kelompok yang ada pada zaman sekarang bertujuan kepada kepentingan itu (membumikan islam) termasuk dalam thaifah manshurah. Siapkah kita??

Refersnsi : Syaikh salman bin fadh al-audah, Thaifah Manshurah, solo : jazera

Dan Mendung pun Akan Sirna

Oh Tuhan…..mohon ampun,
Atas segala dosa,
Selama ini,
Aku tak menjalankan perintahmu,
Tak pedulikan larangmu,
Tenggelam melupakan Dirimu.....

Berulangkali ku mengadu kepadamu ya Allah.....di dalam kondisiku yang seperti sekarng ini. Penat....pengap....terkadang ku berangan-angan pada Allah untuk menambah waktu dalam keseharianku menjadi lebih lama lagi, lebih dari 24 jam pintaku. Namun apalah aku ini, sok sibuk saja. Haha......sekedar meringankan beban fikiranku, kutulis sesuatu yang sering membayangi langkah kemana ku pergi, bagaikan ekor yang berada di balik punggungku, dia terus membututi. Memang menjadi manusia yang mempunyai berbagai macam tugas pribadi serta di diserahkan kewajiban untuk menjalankan sekaligus berfikir ekstra di dalam organisasi dakwah kampus harus membuat diri ini selalu ”meng up-date” hal-hal baru. Biarlah kontong kering karena alur koordinasi, atau pun gizi yang tak menentu dengan tempe menjadi teman dari nasi, atau kerupuk saja yang bisa dinikmati dengan lahap, renyah. Belum lagi, akhir-akhir ini aku mencoba untuk menjadi pahlawan dalam keluargaku, menjadi sosok yang dirindukan jika ku pulang ke pangkuan bunda dan abah yang mencintai diri ini. Nangis rasanya jika pulang dan bercerita tentang kegiatan-kegitan yang tengah kujalani, sepertinya kampus menjadikanku melupakan mu ibu. Belum lagi adik yang kunantikan kecerdasannya untuk menjalani sekolah yang baru. Jenjang yang lebih tinggi dan membutuhkan motivasi serta ”deadline”,

”kamu harus bisa menembus rintangan itu”

Ya......saling bertukar pikiran pada adikku menjadikan ku selalu teringat ketika dalam keadaan lemah.

”Ah....adikku menantikan bimbingan dari seorang kakak yang gagal dalam melanjutkan studi di tempat yang diinginkannya”
”kau harus bisa...” doaku lirih

indahnya ketika masih bisa bertemu sama keluarga, bercengkerama....bercandan ria..dan curhat sok manja pada bunda menjadi kegiatan wajib tiap mingguku...kapan lagi ku tidak seperti ini jika tidak ku manfaatkan perjumpaanku sebelum kematian datang menjemput salah satu dari kami. Namun ku berharap

”allah....tundalah ajal kedua orang-orang yang kucintai dalam keluargaku sebelum mereka melihat kesuksesan ku”

ketika itu, malam ahad. Seperti biasa ku di rumah. Ba’da isya’ ku sempatkan bertemu dengan bunda untuk berbincang-bincang keinginanku saat itu. Tentang apa ya......biasa masalah lelaki, namun bukan cinta, bukan persoalan seperti itu. Ada persoalan yang lebih tinggi, tentang masa depanku.

Teringat ketika ada training tentang mengelola hidup dan merencanakan masa depan karya seorang anggota DPR dari fraksi golkar, Marwah Daud Ibrahim yang merupakan sosok ibu yang cerdas dalam menrencakan hidupnya, saya mencoba menawarkan life mapping ku kepada ibu.

”Bu....”(panggilan kesukaanku)
”Kesini..saya ingin memperlihatkan sesuatu pada engkau”

sambil kubawakan selembar kertas plano hvs ukuran besar yang berisi perencanaanku untuk masa depanku. Segala keinginanku kutulis di dlam kertas itu. Gila rasanya dan sering jika ku memandangi kertas yang sekarang tertempel kencang di tembok kamar adikku, berdampingan dengan perencanaan hidup adikku, biasa kami memang saling bertukar pendapat dengan adik dan adikku selalu meminta nasehat ketika diriku pulang. Sehingga, kamar kecil dalam rumah sederhana di ujung desa menjadi kamar ku dan adikku.

Hem......bukan untuk menyalahi atau mendahului takdir, namun untuk merencanakan mau jadi apa ku ini. Padahal sudah kepala dua usiaku sekarang ini, dan sudah harus direncanakan kemana tujuanku nanti.

”Bu...ini ada perncanaan yang telah kutuliskan, dan ini insyaallah akan kucapai dalam hidupku, saya besok akan memulai usaha kecil-kecilan, juga sudah mengajar sebagai sambilan ku untuk mengumpulkan uang untuk menambah saku, maka sekarang sudah saja ibu mensuplai saya, atau saya dikasih setengahnya saja, adik membu0tuhkan banyak dana untuk sekolah ke sma, juga butuh komputer untuk mendukung belajarnya”

melayang jauh pikiranku saat itu, dalam fikirku sempat terbayang

”berani-beraninya aku menyakiti hati ibu dengan hal itu, apa-apaan ini, apakah hati ibu seakan-akan seperti tertusuk panah dengan pembicaraanku tadi, ataukah merasa bangga bahwa aku akan memulai belajar mandiri”, ya allah...kuatkan hati kami, istiqomahkan kami terhadap perkataan-perkataan yang bolak-balik keluar tidak terkontrol ini”

hem............boleh juga perencanaanku, gila rasanya jika membaca tulisan yang berukuran 24 time new roman dengan spidol snowman hitam jelas, yang sekarang masih terpampang mudah dilihat orang ketika masuk kamar adikku. Merinding jadinya, dan terus terbayang

”apakah benar aku bisa menepati janjiku ini..”

menjadi pria itu tidak semudah wanita, karena dituntut untuk baik dalam manageman hidupnya, ketika salah langkah ya...tunggu saja hasilnya. Maka butuh perencanaan yang matang untuk kuliah sambil menjemput maisyah dan mereangkul aisyah, hehe....tu tertulis dalam program kerjaku, itulah organisasi hidupku. Life mapping, aku matupun saya tuliskan, dimana dan dalam kondisi bagaimana telah jelas tersurat, tidak hanya tersirat saja. Agar selalu ingat saja ketika dalam lamunan yang tidak membuatu hidupku lebih hidup, kan kupandangi engkau life mappingku.....(aku terharu..)

kuliah......menjadi kebiasaan sehari-hari, makalah, laporan praktikum menjadi konsumsi di fakultas yang sangat saya cintai. Di sela-sela itu, tetap ku berfikir

hoi......ayo menjadi fighter sejati, mujahhid betulan bukan boongan, bukan hanya sekedar jenggot dan gamis saja, namun tingkah laku dan segala hal amal perbuatan haruslah sesuai dengan perintah Rasulnya...saya pria, sudah dewasa..maisyah harus segera di jemput...wong sudah dijatah dari atas sana..dan sudah bukan menjadi tanggungan orang tua lagi, ayo..mandiri........tu aisyah sudah menunggu.” inilah kalimat motivasiku.

belum lagi organisasi yang mensibukkan jam terbang kuliah, wah jika itu di tulis satu-satu akan panjang sampai monas kali....atau melewati sumatera dengan kapal feri super cepat dan tidak akan berhenti dipulau ”we”, ya pulau ”we” pulau yang menjadi kenangan ku ketika SD di desa

”anak-anak..” Kata guruku,
”pulau yang menjadi pembatas lintang utara indonesia”, tidak tanggung-tanggung pulau ”we”, langsung secepat kilat terucap dari wajah-wajah polos.

Pembagian tugas dan tubuh untuk segala hal menjadi sosok menakutkan bagiku, semua harus terselesaikan. Namun tak apalah, asal bermanfaat bagi kehidupan ku yang akan datang, sebagai modal terpendam untuk beradaptaasi menjadi orang baru dikala ku telah menjadi bapak betulan nantinya. Dan ini tidak membuatku patah semangat, saya buka buku shirah nabawiyah karangan syaikh safururahman al mubarakfury dan terbaca saat-saat Rasulullah SAW harus sendiri setelah ditinggal meninggal ibu kandungnya dalam masa kecilnya, yang kemudian di asuh oleh kakaknya abdul muthalib yang kasih sayangnya dilebihkan dari pada kepada anak-anaknya, dispesialkan perlakuan kepada Rasulullah saw. Betapa hinanya diriku ini ketika harus berkeluh kesah dengan keadan yang tidak seberapa dibandingkan dengan keadaan idolaku, Rasulullah SAW,

ah...tidak seharusnya ku begini ku harus berubah!!!!

Teringat pula ketika para ustadz ditempat belajarku bercerita tentang perjuangan para ulama yang sungguh melampaui batas kelelahan,

”Antum itu.....gitu saja sudah mengeluh, gimana...mau jadi mujahhid sejati kok tidur dan g semangat belajar di kelas”
”lihatlah para ulama-ulama dulu, mencari satu hadits saja dan menanyakan jalur periwayatan untuk diketahi shohih atau tidaknya mereka lewati dengan berjalan kaki, berkuda, bukan hanya satu atu dua jam, sehari..seminggu....”

betul...selama ini ku berkutat dalam maslahku, tidak cepat bergerak untuk mencari perubahan.

”Solusi yang kita inginkan, bukan masalah yang baru” teriakan trainer untuk memotivasi peserta training.

Kuliah...organisasi...ngaji...dan kerja sekarang menjadi prioritas hidupku, juga birul walidain tidak akan kutinggalkan. Terserah teman-teman bilang kepada ku anak manja, anak mama karena setiap seminggu sekali aku pulang untuk menunjukan wajah ceriaku kepada bunda tercinta lepas dari fikirku, yang penting dan tetap ku pegang ialah selama orang tuaku masih hidup aku tetapa kan berbakti dengan sepenuh hati, itu orang tuaku, yang melahirkan ku, menyusuiku.

”Mau jadi apa besok.....”
jika ada pertanyaan seperti itu akan kujawab lantang

”tahukah kamu akan abdurrahman bin auf, yang ditawari berbagai macam kemudahan ketika hijrah dari makkah ke madinah, ditawari tanah, istri, namun apa kata abdurahman bin auf, tunjukkan dimana letak pasar di kota ini” aku adalah abdurahman bin auf masa kini

atau..
sosok umar ibnu abdul aziz modern, yang dapat mensejahterkan rakyatnya dengan pemikiran cerdasnya. Rakyat tidak ada yang sengsara, bahkan umar ra menjadi bingung kok tidak ada warga yang mau menerima zakat disini, kok tidak ada warga miskin lagi. Saya juga bisa menjadi elang, yang sorot matanya tajam tepat pada sasaran, bukan mangsa filosofinya, namun pandangan jauh kedepan yang menjadi pelajaran bagi kita semua.

”Hem....buat apa ku melamun saja....tidak ada gunanya tetap berpusing dengan keadaan ini, aku punya Allah yang selalu terkait dalam hatiku, aku punya jiwa-jiwa Rasulullah, dan para mujahid sejati, ada banyak teman”

dan Allah tidak akan memberikan cobaan kecuali hamba itu mampu menaggungnya, dan saya sakin akan hal itu...

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (al-baqoroh 286)

”Rabbi...., Engkau tuhanku dan akulah hambaMu”, saya yakin ujian ini akan membuatku lebih dewasa dalam mengambil segala keputusan hidup ini, dan saya yakin Engkau memberikan berbagai macam hikmah di balik pahit dan manisnya hidupku, aku tahu....diri ini banyak dosa dan ujian itu sebagai penghapus dosa, sakitku, pusingku, menjadi penawar dosa yang pernah kulakukan, dan ini tidak seberapa saya kira dengan ujian yang Engkau tujukan kepada umat terbaikmu dulu para slafussholeh yang membawa risalah kenabian, menghadapi ancaman kematian menjadi menu mereka sehari-hari”

basah sudah air mata mengalir lembut membasahi pipi, hidung tersumbat, mulut tidak bisa berbicara selain curhat akan kondisiku. Menjadi pria cengeng....apa gak boleh???

Hari-hari ku lalui dengan pikiran kocar-kacir tanda ketidak istiqomahan, juga tanda keluhan...namun wajar bagi orang yang baru belajar beradaptasi menjadi dewasa ini. dalam kuliah pagi itu, disuruh sama ustadz yang ku kagumi dan memang layak dikagumi oleh jamaah pengajian di penjuru dunia jika perlu. Sosok yang seringkali membuat ku terinspirasi akan hidup ini. beliau membawakan pelajaran dengan sangat menawan, membuat hati kami terbeli. Biasa tugas mingguan, menghafal ayat-ayat pilihan dan pas pada ayat al-baqarah 214

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-baqarah 214)

Rasul dan para sahabat juga diuji sampai pada kondisi yang membuat mereka menanyakan “bilakah datangnya pertolongan Allah”, artinya mereka dalam kondisi yang sangat terhimpit sekali, terpojokkan dan mungkin kalau kita sekarang frustasi jika menghadapi ujian itu. Maka apa kata Allah “?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”

Mendung itu akan sirna seiring berhembusnya angin yang membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi orang-orang yang tetap sabar dan berpegang teguh kepada keyakinannya. Dan sekrarang, mendung hitam dalam hatiku telah kubiarkan melayang bebas ketempat yang dia sukai, dan tidak kubiarkan dia kembali kedalam tubuh yang merindukan kedamaian ini. dan aku, telah merasakan hal itu.

”mendung, selamat menempuh perjalanan kehidupanmu, tidak kuridhoi jikalau engkau membuat hati teman-temanku gundah dan gelisah akan kehadiranmu,
mendung, jadilah sosok seperti mentari dengan hangat sinarnya di pagi hari,
menyapa rerumputan ”hai.....rumput, ku datang dengan kehanagatan”

mendung-pasti-akan-berlalu-

wening Nurhadian-ditulis ketika masih menjadi santri PP Takwinul Muballighin Yogyakarta, ruang 4 yang bersejarah

Senin, 16 November 2009

INDANYA BERBUAT SABAR

INDANYA BERBUAT SABAR
"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak aakan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
Adakalanya, manusia merasakan ketenangan dalam dirinya, ketenangan dalam menghadai kehidupan, dalam ,menyelesaikan permasalahan, musibah dan kejadian yang semacam itu. Namun ada kalanya yang dihadapi dengan kepanikan. Semua dirasa mustahil untuk dapat menyelesaikannya, serba salah dan serba susah. Namun, sebesar apapun musibah yang diberikan Allah SWT, pastilah telah ter “design” dengan baik untuk dapat dihadapi hambanya.
Hakikat dan kisah kesabaran
Sabar bukanlah sikap nerima terhadap pemberian dan tidak ingin berubah kearah lebih baik, sabar itu tidak pasif, namun dinamis. Harus selalu bergerak. Sabar bukan dalam ucapan “saya sabar dalam menerima ujian ini” namun secara sikap keseharian menunjukan ketidak ridhoan dalam penerimaan. Keluh kesah masih keluar dari dalam dirinya, bukan itu hakikat dari sabar. Ada sebuah peristiwa yang dapat dijadikan pelajaran tentang kesabaran seorang manusia dalam menghadapi kematian anaknya, dia mengatakan saya bersabar, namun yang terjadi pada dirinya ialah tetap saja untuk meronta-ronta, meratapi, dan perbuatan yang tidak jauh beda. Jika aplikasi sabar seperti ini, mungkin semua manusia akan lolos dari ujian kesabaran Allah SWT. Namun, sabar itu letaknya pada pukulan pertama. Artinya, pada saat musibah itu menghampiri dirinya, pada waktu itu juga. Ketika manusia tertimpa sebuah musibah, dan dia bisa memposisikan dirinya secara proporsional dalam menghadapi musibah itu, sambil menginstrospeksi diri dan kemudian menghadapi musibah itu dengan ucapan
innalillahi wa inna ilaihi raji’un, allahumma ajirni fi musibatii, wakhlifli khoiron minha “Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kamipun kepada-Nya akan kembali. Ya Allah karuniakanlah kami pahala atas ketabahan kami menerima musibah ini dan gantikanlah kami dengan yang lebih baik dibanding apa yang telah sirna karena musibah tersebut.”
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan pujian dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al Baqarah: 155-157)
Maka, ketika perbuatan ini dapat di amalkan sebagai amalan keseharian ketika ada musibah yang menimpa manusia, maka buah dari kesabaran akan sangat terasa mengiringi langkah manusia. Sebagaimana ketika sebuah cerita dari satu keluarga yang mempunyai dua orang anak, anak itu sedang bermain-main di dalam rumahnya, dan kemudian anak itu terjatuh ke dalam sumur dan kemudian meninggal. Pada waktu yang bersamaan juga, sang suami tengah menjamu para tamu undangannya, dan sungguh luar biasa sang istri tidak mengganggu aktivitas suaminya meskipun ada musibah yang menimpa anak-anaknya. Anak yang telah meninggal itu kemudian di bawa ke dalam rumah dan kemudian ditutupinya dengan pakaian. Ketika para tamu undangan pulang dari rumah, maka sang suami menanyakan kepada istrinya, “dimana anak-anakku” sang istri menjawab “di dalam rumah”. Dan kemudian sang istri memakai wangi-wangian dan mereka berdua melakukan jima’. Sang suami kemudian bertanya lagi “dimana anak-anakku”, istrinya pun menjawab di dalam rumah, kemudian sang suami memanggil kedua anaknya yang telah meninggal. Allahuakbar...Allah telah menghidupkan anak-anaknya itu, dan itulah buah kesabaran dari seorang istri yang setia kepada suami untuk tetap berbakti dan melayani hak-hak suami sebelum memberitakan bahwa anak-anaknya telah meninggal dunia.
Sabar sebagai penguat aqidah
Terkadang aqidah seorang muslim ada yang tergadaikan karena masalah kesabaran dalam menghadapi ujian yang diberikan Allah SWT. Sungguh telah terjadi di berbagai penjuru tempat kejadian seperti ini, dalam berbagai musibah besar di indonesia. Seorang hamba Allah yang dulunya taat terhadap ajaran islam saja, bisa menjadi murtad karena kesulitan ekonomi dan ditolong dengan dijanjikan kesejahteraan hidup dari orang-orang kafir (non muslim). Apakah ini wajar dan manusiawi? Kita perlu menjawab tidak, hati nurani manusia ialah islam. Sejak dari kandungan setiap manusia ialah islam, maka bagi orang yang telah meneruskan islamnya semennjak kelahiran, pertahankan! karena inilah yang seharusnya terjadi. Mempertahankan aqidah dalam dasyatnya cobaan yang diberikan merupakan ujian, apakah lulus atau tidak. Dan kesabaran menjadi kunci dari pertahanan aqidah ini, bagaimana tidak? Karena dalam konsep kesabaran, tawakal dan pasrah dijalankan. Semua milik Allah, apapun yang kita sebut sebagai barang berharga dan milik kita, semua tidak ada apa-apanya. Bisa saja Allah dengan sekejap mengambil sesuka hati milikNya, sebagaimana dalam kisah qarun yang diceritakan dalam al-qashash : 76
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri."
Dalam kisah itu, harta menjadi tidak berarti. Allah menenggelamkan hartanya karena perbuatan durhaka karun kepada Allah karena telah diberikan nikmat kekayaan yang begitu besar. Kondisi aqidah karun telah tergadaikan dengan kekayaan yang dimilikinya, seandainya karun seperti kondisi sebelum kaya, taat beragama dan ketika kaya dapat mempertahankan kondisi aqidahnya bahwa Allah lah yang memberinya rizki, dan rizki (harta) itu hanyalah barang titipan, maka kedurhakaan karun terhadap Allah tidak terjadi. Sabar dalam menghadapi ujian dan menjalani rutinitas kehidupan memang berat untuk dilakukan, namun seberapa berat ujian kehidupan itu, Allah telah mengukur dengan sangat tepat. Hanya terkadang manusia yang “sok tahu” dan “sok ngukur” tiimbangan ujian dengan melakukan perbandingan dengan orang lain, yang sebenarnya tidak semudah yang manusia ukur. Maka sabar diiringi tawakal menjadi kunci kekuatan aqidah untuk menghadapi kejadian seperti ini.
Sabar sebagai motivasi berbuat kebaikan
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (ar-ra’dhu 22-23)
Kenikmatan tiada tara ketika kesabaran menjadi sebuah kunci dari jalan untuk melaksanakan perintah agama, akan terasa pada hari-hari esok. Kesabaran yang kemudian diikuti dengan perintah lainnya, akan semakin memantapkan langkah manusia dalam berlomba-lomba dalam mengejar kebaikan. Seandainya semua manusia tahu tentang indahnya menikmati kesabaran, dalam hal kecil saja, maka motivasi-motivasi untuk berbuat kebaikan akan semakin di dapatkan. Suatu contoh ketika ada musibah yang datang, gempa, banjir atau musibah yang membuat manusia merasa berat untuk menjalani hidup. Keputusasaan terjadi dimana-mana, dan ketika terjadi hal semacam itu, untuk menambah ketenangan maka sabr menjadi salah satu solusi. Tidak cukup berhenti dengan sabar secara pasif, namun aktif untuk menghidupkan semangat dalam berjuang membantu orang lain. Sabar ketika tertimpa musibah memang harus dilakukan, dan itu tidak sulit untuk ditemukan. Namun ketika dalam kesabaran saat bencana datang, kemudian masih saja mengusahakan untuk membantu saudara-saudara muslim lain yang membutuhkan, padahal diri sendiri membutuhkan bantuan, namun itsar (mementingkan orang lain) dalam muamalah diutamakan, akan terjadi dampak keistimewaan yang luar biasa. Gambaran sederhana dalam sedekah misalnya. Ketika dalam keadaan lapang, rezeki melimpah, sedekah mudah untuk dilakukan. Namun ketika dalam kondisi yang sangat memnbutuhkan, dan dalam jiwa seorang muslim itu mempunyai tekad kuat bahwa dengan sedekah tidak akan membuat miskin, kemudian mensedekahkan harta yang ada pada dirinya, maka sangatlah istimewa pahala yang diraihnya. Dia bisa mengendalikan nafsu terhadap dirinya akan harta itu, tidak mencari pujian karena kepahlawanannya, maka Allah akan memberikan balasan yang sangat besar. Balasan dari pengendalian nafsu dan juga memperhatikan orang lain, juga bentuk syukur akan kenikmatan dari Allah tentang harta yang dimilikinya, bahwa itu merupakan titipan belaka. Maka tidak tanggung-tanggung dan mudah untuk melaksanakan kebaikan dalam kondisi yang sangat jarang bagi seorang untuk melakukan aktivitas mulia ini.
Sabar sebagai pelipurlara
Semua manusia pasti pernah mengalami sebuah goncangan yang membuat dirinya resah. Kerumitan ekonomi, beban hidup yang semakin berat, dalam kesendirian, tiada yang dapat dilakukan kecuali dengan memohon dan mengharapkan pertolongan Allah semata. Tiada manusia yang dapat membantu memberikan kebahagiaan kecuali atas izin Allah, seandainya dalam kesendirian maka yang dapat dilakukan manusia ialah sabar. Jika tidak sabar, atau mencaci maki terhadap ujian yang didapatkan maka yang terjadi ialah lelah dalam menjalani ujian itu. Tidak rindukah dengan janji Allah seperti yang diterangkan dalam ayat :
“Sungguh Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.” (QS. Muhammad:31)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az Zumar:10)
Tentunya, Allah telah menjadikan sabar sebagai obat bagi kesedihan yang dideritanya. Sabar bagaikan gerimis tatkala kemarau panas yang mensejukkan hawa bumi, sabar laksana air yang membasahi kerongkongan kering.
Dari Abu Malik Al Haris bin ‘Ashim Al Asy’ari ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman, Alhamdulillah itu dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu dapat memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, Shalat itu adalah cahaya, Shadaqah itu adalah bukti iman, sabar itu adalah pelita, dan Al Quran itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa yang kamu sukai ataupun terhadap apa yang kamu tidak sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR. Muslim)
Dari Anas ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman: “Apabila Aku menguji salah seorang hambaKu dengan buta kedua matanya kemudian ia sabar maka Aku akan menggantikannya dengan sorga.” (HR. Bukhari)
Tidak cukupkah dengan janji Allah untuk memberikan balasan yang sangat istimewa kepada para hambaNya yang berbuat sabar. Wallahu a’lam

Penulis : Wening Nurhadian
Alamat : Ma’had As-sakinah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta (belakang SMA MUH 1 Yogyakarta)
Pekerjaan : Mahasiswa P.Biologi Fak Sains dan Teknolog UIN SUKA dan Musyrif Ma’had As-sakinah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Hp : 085725762528